Cara Penyampaian Wahyu
Oleh Santri PPS. Al-Ittihad Putra
Wahyu Allah kepada para Nabi-Nya itu adakalanya tanpa perantaraan, seperti yang telah kami sebutkan di atas, misalnya mimpi yang benar di waktu tidur dan kalam ilahi dan balik tabir dalam keadaan jaga yang disadari; dan adakala melalui perantaraan malaikat wahyu. Wahyu dengan perantaraan malaikat wahyu inilah yang hendak kami bicarakan dalam topik ini, karena Qur’an diturunkan dengan wahyu macam ini.
Ada dua cara penyampaian wahyu oleh malaikat kepada Rasul:
Cara pertama: Datang kepadanya suara seperti dencingan Ionceng dan suara yang amat kuat yang mempengaruhi faktor-faktor kesadaran, sehingga ia dengan segala kekuatannya siap menerima pengaruh itu. Cara ini yang paling berat buat Rasul. Apabila wahyu yang turun kepada Rasulullah s.a.w. dengan cara ini, maka ia mengumpulkan segala -kekuatan kesadarannya untuk menerima, menghafal dan memahaminya. Dan suara itu mungkin sekali suara kepakan sayap-sayap para malaikat, seperti diisyaratkan di dalam hadis:
اذا قضى الله لأمر فى السماء ضربت الملائكة بأجنحتها خضعانا لقوله كالسلسلة على صفوان.
“Apabila Allah menghendaki suatu urusan di langit, maka para malaikat memukul-mukulkan sayapnya karena tunduk kepada firman-Nya, bagaikan gemercingnya mata rantai di atas batu-batu yang licin.” Dan mungkin pula suara malaikat itu sendiri pada waktu Rasul baru mendengarnya untuk yang pertama kali.
Cara kedua: malaikat menjelma kepada Rasul sebagai seorang laki-laki dalam bentuk manusia. Cara yang demikian itu Iebih ringan daripada cara yang sebelumnya, karena adanya kesesuaian antara pembicara dengan pendengar. Rasul merasa senang sekali mendengarkan dari utusan pembawa wahyu itu, karena merasa seperti seorang manusia yang berhadapan dengan saudaranya sendiri.
Keadaan Jibril menampakkan diri seperti seorang laki-laki itu tidaklah mengharuskan ia melepaskan sifat kerohaniannya. Dan tidak pula berarti bahwa Zatnya telah berubah menjadi seorang laki-laki. Tetapi yang dimaksudkan ialah bahwa dia menampakkan diri dalam bentuk manusia tadi untuk menyenangkan Rasulullah sebagai manusia. Yang sudah pasti keadaan pertama — tatkala wahyu turun seperti dencingan lonceng — tidak menyenangkan karena keadaan yang demikian menuntut ketinggian rohani dan Rasulullah yang seimbang dengan tingkat kerohanian malaikat. Dan inilah yang paling berat. Kata Ibn Khaldun: “Dalam keadaan yang pertama, Rasulullah melepaskan kodratnya sebagai manusia yang bersifat jasmani untuk berhubungan dengan malaikat yang rohani sifatnya. Sedang dalam keadaan lain sebaliknya, malaikat berubah dan yang rohani semata menjadi manusia jasmani”.
Keduanya itu tersebut dalam hadis yang diriwayatkan dari Aisyah Ummul Mukminin r.a., bahwa Hans bin Hisyam r.a. bertanya kepada Rasulullah s.a.w. mengenai hal itu. Dan jawab Nabi:
أحيانا يأتينى مثل صلصلة الجرس, وهو اشده على. فيفصم عنى وقد وعيت عنه ما قال. وأحيانا يتمثل لى الملك رجلا فيكلمنى فأعى مايقول.
“Kadang-kadang ia datang kepadaku bagaikan dencingan lonceng, dan itulah yang paling berat bagiku, lalu ia pergi, dan aku telah menyadari apa yang dikatakannya. Dan terkadang malaikat menjelma kepadaku sebagai seorang laki-laki, lalu dia berbicara kepadaku, dan aku pun memahami apa yang dia katakan.” Aisyah juga meriwayatkan apa yang dialami oleh Rasulullah s.a.w. berupa kepayahan, dia berkata:
ولقد رايته ينزل عليه الوحى فى اليوم الشديد البرد, فيفصم عنه وإن جبينه ليتفصد عرفا.
“Aku pernah melihatnya tatkala wahyu sedang turun kepadanya pada suatu hari yang amat dingin. Lalu malaikat itu pergi, sedang keringat pun mengucur dari dahi Rasulullah.”
Keduanya itu merupakan macam ketiga pembicaraan ilahi yang diisyaratkan di dalam ayat: “Dan tidak ada bagi seorang manusia pun bahwa Allah berbicara kepadanya, kecuali dengan: perantaraan wahyu, atau dari balik tabir, atau dengan mengutus seorang utusan lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang ia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi dan Maha Bijaksana.” (asy-Syura: 51)
Mengenai hembusan di dalam hati, telah disebutkan di dalam hadis Rasulullah s.a.w:
إن روح القدس نفث فى روعى أنه لن تموت نفس حتى تستكمل رزقها وأجلها, فاتقوا الله وأجملوا فى الطلب.
“Roh Kudus telah menghembuskan ke dalam hatiku bahwa seseorang itu tidak akan mati sehingga dia menyempurnakan rezeki dan ajalnya. Maka bertakwalah kepada Allah, dan carilah rezeki dengan jalan yang baik.”
Hadis ini tidak menunjukkan keadaan turunnya wahyu secara tersendiri. Hal itu mungkin dapat dikembalikan kepada salah satu dari dua keadaan yang tersebut di dalam hadis Aisyah. Mungkin malaikat datang kepada beliau dalam keadaan yang menyerupai dencingan Ionceng, lalu dihembuskannya wahyu kepadanya. Dan kemungkinan pula bahwa wahyu yang melalui hembusan itu adalah wahyu selain Qur’an.[]
Al-Ittihad.group
Categories:
Cara Penyampaian Wahyu
Posting Komentar